Pada Senin, lira Turki membumbung tinggi setelah Presiden Turki Erdogan memenangkan referendum krusial yang akan memperluas kekuasaannya. Mayoritas pemberi suara mendukung perubahan konstitusi. Fakta ini meningkatkan daya tarik lira Turki. Pada 2017, mata uang Turki menjadi salah satu mata uang yang menunjukkan performa paling lemah di bursa negara berkembang.

Selama beberapa menit pertama perdagangan, lira naik 2,5% ke 3,6188 terhadap dolar, menjadi level tertinggi sejak 30 Januari.

Para pendukung perubahan konstitusi mengumpulkan 51,37% suara. Suara 'ya' memungkinkan Erdogan tetap menjabat sebagai presiden hingga 2029. Sementara itu, pihak oposisi mengumpulkan 48,7% suara.

Amandemen konstitusi akan memberi wewenang kepada Presiden untuk menyatakan keadaan bahaya, menunjukkan menteri-menteri, menerbitkan dekrit setelah memiliki kekuatan hukum, dan menunjuk hakim serta membubarkan parlemen.

"Kami memperkirakan aset-aset Turki akan naik singkat seiring dengan ketidakpastian besar terkait dengan suara 'tidak' yang telah dialihkan," kata ekonom bursa berkembang di Commerzbank AG Tatha Ghose. Ia meyakini bahwa lira akan naik kurang dari 3,60 per dolar dalam waktu dekat.

Namun 'pergerakan tersebut kemungkinan tidak akan berlangsung lama. Bursa kemungkinan akan mengalihkan fokus mereka pada tantangan-tantangan politik Turki yang lebih besar - yaitu, hubungan dengan AS dan Rusia, tantangan di perbatasan Kurdi dan hubungan Turki dengan UE," ia menambahkan.

Dalam pidato kemenangannya, Erdogan mengatakan ia akan mengadakan referendum mengenai penerapan kembali hukuman mati dan juga akan mengulas hubungan Turki dengan Eropa.

Parlemen Eropa mendesak pemerintah untuk membekukan keanggotaan Turki di UE jika paket amandemen konstitusi diterapkan dalam bentuk saat ini.